Yogyakarta, CNN Indonesia -- PT Freeport Indonesia mengamini keinginan pemerintah untuk melepas 51 persen kepemilikan sahamnya. Namun, kedua pihak belum menemukan kesepakatan mengenai valuasi saham anak usaha Freeport-McMoran Inc tersebut.
Freeport sempat mengklaim, valuasi 100 persen sahamnya senilai US$16,2 miliar. Lalu, bagaimana cara menghitung valuasi saham perusahaan tambang yang berbasis di Amerika Serikat ini?
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengungkapkan, salah satu metodenya, yakni dilihat dari nilai buku atau ekuitas perseroan. Nantinya, nilai ekuitas dikalikan dengan nilai kesepakatan kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, berapa nilai ekuitas, misalnya Rp100 miliar, kalau kesepakatannya dikali dua, maka menjadi Rp200 miliar. Pengalian bergantung mau berapa kali nilai buku," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (29/8).
Selanjutnya, valuasi juga bisa dilihat dari price earning ratio (PER). PER bisa diartikan sebagai perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan harga saham.
"Dari PER, nanti laba bersih perusahaan dikalikan dengan PER perusahaan-perusahaan sejenis. Kemudian, dikalikan dengan jumlah saham yang dilepas," imbuh Alfred.
Tak hanya itu, valuasi juga bisa dilihat dari jumlah cadangan komoditas yang dimiliki perseroan. Dengan kata lain, jumlah cadangan emas yang dimiliki perseroan akan menjadi pertimbangan nilai jual tersendiri.
"Karena ini kan perusahaan tambang, jadi faktor cadangan ikut memengaruhi," katanya.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menambahkan, valuasi saham perseroan juga akan bergantung dari harga komoditas yang tengah berfluktuasi, khususnya emas.
Harga emas saat ini, lanjut dia, berada di level US$1.200 per troy ounce. Menurut dia, harga emas belum bisa dikatakan berjaya saat ini karena belum kembali menembus US$2.000 per troy ounce.
"Lalu, emas kan harganya naik kalau ada perang atau krisis saja. Emas kan komoditas safe haven. Tidak punya yield (pengembalian investasi), tapi capital gain (keuntungan modal)," papar Hans.
Artinya, kondisi ini bisa menjadi salah satu penilaian buruk bagi perhitungan valuasi saham perseroan. Ia memprediksi, harga saham Freeport Indonesia akan dijual murah.
Terlebih lagi, total cadangan dan jumlah produksi yang bisa dilakukan perseroan hanya dihitung sampai tahun 2021 mendatang. Dengan demikian, tentu nilainya tidak akan tinggi.
"Jadi, akan disesuaikan. Saya pikir kalau kondisinya demikian dari pihak Freeport Indonesia-nya sendiri pasti merasa divestasinya murah," pungkasnya.