Selasa 30 May 2017 16:29 WIB

Flood: Saya Harus Meninggal Sebagai Muslim

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi).
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sebelum bertemu Islam, Flood mengalami kehausan spiritual. Padahal, sebagai warga Amerika, hidupnya telah terpenuhi segalanya. Flood hidup seperti kebiasaan kawula muda pada umumnya yang hedonis, seperti penyuka musik, suasana ramai, wanita, olahraga, jalan-jalan, dan juga kuliner. Namun, satu ketika ia sampai pada titik pencarian.

"Saya harus melakukan apa sekarang, harus ada kehidupan yang lebih dari ini," tanya dia pada diri sendiri. Kemudian, pertanyaan itulah yang mendorongnya mencari kebenaran melalui berbagai jalan. Pernah Flood berpikir bahwa spiritualnya yang kosong karena gaya hidupnya di Amerika dan perilaku yang impulsif yang puas dengan segala yang instan.

Flood mengira jawabannya adalah pindah ke lingkungan yang baru dan lebih baik. Setelah menemukan tempat baru, Flood masih saja mengalami kehampaan, ia mulai berpikir mungkin harus mengikuti budaya baru.

"Saya menyadari, budaya baru masih memiliki kekurangan, setelah itu, saya menduga bahwa kita harus belajar tentang berbagai cara orang hidup dan kemudian memilih yang terbaik untuk mencari kebenaran," kata Flood.

Flood lantas mempelajari seluruh ilmu pengetahuan, mulai dari metafisika hingga dan hukum universal. Dia menemukan, segala yang terpenting dari hukum-hukum adalah Dia yang menciptakannya, yaitu Tuhan.

Namun, dia merasa belum menemukan kebenaran. Kemudian Flood melanjutkan perjalanan dengan berkemah di seluruh dataran Amerika dan Kanada Barat untuk menemukan tujuan hidup.

Dari perjalanan ini, Flood menyaksikan keajaiban alam dan mulai berpikir bahwa dunia ini tidak mungkin diciptakan tanpa kesalahan. Adanya alam dunia ini adalah menunjukkan adanya Sang Pencipta.

Perjalanan ini pun memperkuat keyakinannya bahwa ada Tuhan yang menciptakannya. Pencarian Flood bukan berarti membuahkan hasil. Justru, kegamangan kembali mengemuka ketika dia memutuskan pulang ke rumah. Dia mencoba meditasi. Hasilnya? Temporal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement