Share

FOKUS: Selamat Hari Pers Nasional ke-69!

Randy Wirayudha , Okezone · Kamis 09 Februari 2017 06:29 WIB
https: img.okezone.com content 2017 02 08 337 1613003 fokus-selamat-hari-pers-nasional-ke-69-juVhsqFcLE.jpg Ilustrasi (Foto: Okezone)
A A A

SEBAGAIMANA di negara-negara maju di dunia, pers di Indonesia punya kekuatan tersendiri sebagai penggerak dan pencetus pengaruh perubahan. Masa transisi 1998 dari Orde Baru ke Era Reformasi misalnya, di mana pers punya pengaruh besar kendati bukan sebagai pelopor pergerakan sosial kala itu.

Perjalanan cikal bakal pers nasional di nusantara baru secara konkret muncul pada Januari 1907 lewat terbitnya surat kabar nasional pertama yang berbahasa Melayu. Adalah surat kabar ‘Medan Prijaji’ didirikan tokoh pers yang juga tokoh kebangkitan nasional, RM Djokomono Tirto Adhi Soerjo.

Dalam perkembangannya, surat-surat kabar “nasionalis” acap jadi lawan tangguh surat-surat kabar kolonial berbahasa Belanda. Pers nasional itu sendiri tonggak berdirinya baru pada 13 Desember 1937 seiring berdirinya Naamloze Vennootschap (NV) Kantor Berita Antara.

Pers nasional sempat berkembang pesat bersamaan dengan bergulirnya pergerakan nasional hingga revolusi fisik kemerdekaan Indonesia (1945-1949). Namun, kebebasan pers sempat terkungkung di rezim Orde Lama dan Orde Baru.

Tapi kita takkan bicara soal kebebasan pers yang sudah benar-benar “merdeka” pada Masa Reformasi. Karena bicara pers yang hari ini bertepatan dengan Hari Pers Nasional (HPN 9 Februari), bagai makan sate ayam tanpa (daging) ayam kalau tidak menyinggung insan pers itu sendiri.

Insan pers, mulai dari wartawan level reporter junior hingga pemimpin redaksi, bisa kita katakan sebagai ujung tombak informasi untuk masyarakat. Tak terhitung banyak pihak yang punya harapan besar terhadap insan pers nasional pada HPN tahun ini.

Seperti Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) misalnya. Presiden ketujuh RI itu mengharapkan pers nasional terus mempererat kerja sama persahabatan.

“Kita berharap kerja sama persahabatan ini akan terus bisa kita jalin,” cetus Presiden Jokowi saat bertanding futsal dengan wartawan di Kepala Gading Jakarta Utara, Selasa 7 Januari 2017.

Atau harapan dari Hary Tanoesoedibjo, salah satu bos sejumlah media yang tergabung di MNC Group. (Baca: Hary Tanoe: Media Harus Ikut Membangun Bangsa)

“Harapan saya, melalui media kita ikut membangun bangsa. Kritik (dari pers) itu penting untuk memberi masukan agar pemerintah lebih baik,” tutur Hary Tanoe di sela pertemuan dengan Margiono, panitia HPN 2017 sekaligus Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat.

Tapi demi bisa ikut membangun bangsa, insan pers itu sendiri juga harus “bahagia” lahir bathin. Mulai dari keperluan kesejahteraan berupa gaji layak, sampai perlindungan dalam pekerjaan.

Di Indonesia sendiri ada jutaan wartawan yang sedikitnya tergabung di 1.178 perusahaan pers yang terdaftar di Dewan Pers. Mulai dari wartawan yang urusannya hiburan, hingga wartawan politik.

Tak jarang, si wartawan kadang mempertaruhkan nyawanya saat bertugas. Nyawanya acap terancam, bukan hanya keadaan alam, tapi juga karena bentuk kekerasan.

Tentu pemirsa sering mendengar terjadinya kekerasan terhadap wartawan oleh oknum-oknum aparat TNI-Polri. Ini yang kemudian harus jadi perhatian dan kalaupun mustahil dinihilkan peristiwanya tahun ini, setidaknya diminimalisir agar tak terulang seperti tahun-tahun sebelumnya.

Kembali penulis tegaskan, semoga ini jadi bahan evaluasi dan perhatian dalam rangka Hari Pers Nasional tahun ini yang perayaannya, digelar di Ambon, Maluku dan sudah dihelat sejak tanggal 5 Februari hingga hari ini. Selamat Hari Pers Nasional!

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(raw)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini