Apa Benar Makan Buah dan Sayuran Bisa Bikin Hidup Lebih Bahagia?

Apa Benar Makan Buah dan Sayuran Bisa Bikin Hidup Lebih Bahagia?

Lusiana Mustinda - detikFood
Senin, 11 Jul 2016 19:21 WIB
Foto: iStock
Jakarta - Selain kurangi risiko kanker dan serangan jantung, konsumsi sayur dan buah juga berdampak psikologis. Banyak makan buah dan sayur meningkatkan kebahagian dan awet muda.

Sayur dan buah berwarna dikenal memiliki banyak kandungan vitamin dan mineral. Selain itu, ada juga antioksidan yang membuat sel-sel tubuh lebih sehat dan terhindar dari efek radikal bebas.



ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyaknya pekerjaan, membuat seseorang sering terpapar dengan polusi dan juga stres. Buah dan sayur menjadi salah satu makanan yang wajib di konsumsi setiap hari.

"Selain sehat, makan buah dan sayuran ternyata juga dapat membantu tingkatkan kebahagiaan jauh lebih cepat dibandingkan dengan kesehatan manusia," tutur Andrew Oswald, Professor di University of Warwick di London dalam NDTV (11/07).

Penelitian ini menunjukkan bahwa kebahagiaan meningkat secara bertahap untuk setiap porsi harian ekstra buah dan sayur. Direkomendasikan untuk konsumsi hingga delapan porsi per hari.

Orang-orang yang mengubah konsumsi buahnya menjadi delapan porsi perhari mengalami perubahahan peningkatan kepuasan hidup secara signifikan.

"Peningkatan konsumsi buah dan sayuran akan menimbulkan efek yang cepat," tambah Oswald.

Besar manfaat psikologis yang positif ditemukan dalam waktu dua tahun dari diet yang ditingkatkan konsumsi sayur dan buahnya.

"Peningkatan konsumsi buah dan sayuran sekaligus turunkan risiko kesehatan dikemudian hari," Redzo Mujcic, peneliti di University of Queensland di Australia.



Menurut American Journal of Public Health, para profesional kesehatan kini membujuk orang untuk mengkonsumsi lebih banyak buah dan syauran, terutama di negara maju. Dimana warga biasa banyak konsumsi makanan yang kurang sehat.

Dalam penelitian ini, tim meneliti sebanyak 12.386 orang dengan mengikuti pola serta kebiasaan makannya. Peneliti juga memilih secara acak dari responden dan menanyakan efek pada perubahan baik insiden maupun kepuasan hidup yang dialami oleh responden. (msa/odi)