Sebagai benteng terluas di dunia dengan luas 22 hektar, terdapat banyak cerita di Benteng Keraton Buton. Selain masjid yang konon katanya terdengar suara adzan dari Makkah, ada pula Batu Popau dan Wolio.
"Batu Popau ini bentuknya seperti rahim wanita. Para raja atau sultan yang diangkat, harus bersumpah dengan memasukan kakinya secara bergantian ke dalam batu ini," kata pemandu wisata Benteng Keraton Buton, Laode M Adam Vatiq kepada awak media dari Jakarta di sela-sela acara Festival Budaya Tua Buton, Rabu (24/8/2016) kemarin.
Pemuda yang akrab disapa Adam ini menjelaskan, Batu Popau pada zaman Kesultanan Buton sejak abad ke-13 sangat mengsakralkan batu ini. Para raja atau sultan yang akan menjabat, pertama-tama akan dipakaikan bedak ratusan rasa.
Selanjutnya, calon raja atau sultan tersebut dibawa ke Batu Popau. Bersama 9 menteri Kesultanan Buton yang disebut dengan nama Siolimbona, raja atau sultan itu akan diambil sumpah sambil memasukan kakinya secara bergantian di batu ini yang kedalamannya sedengkul orang dewasa.
"Sumpahnya itu menyangkut elemen-elemen kehidupan seperti air, api, hutan dan lain-lain. Inti sumpahnya kira-kira seperti ini, semua yang ada di Buton berada di dalam kuasamu dan lakukanlah yang terbaik untuk rakyat. Jika melanggar sumpah, akan terkena kutukan 7 turunan!" ungkap Adam.
Dalam proses pengambilan sumpah sambil kaki calon pemimpin Kesultanan Buton yang dimasukan ke Batu Popau, harus menghadap kiblat. Ternyata, ada suatu maksud mengapa batu ini berbentuk seperti rahim wanita.
"Maksudnya adalah raja atau sultan yang sudah disumpah di Batu Popau, seolah terlahir kembali seperti dari rahim ibu dengan keadaan yang suci," tutur Adam.
Tak jauh dari Batu Popau terdapat Batu Wolio. Batu yang ini punya cerita yang berbeda, termasuk sejarahnya. Adam menjelaskan, inilah batu yang pertama kali diinjak oleh Raja Putri Wakaka, raja pertama di Buton.
Kemudian setelah itu, Raja Putri Wakaka memimpin dan membangun Kerajaan Wolio (yang setelahnya berganti menjadi Kerajaan Buton lalu terakhir menjadi Kesultanan Buton). Usut punya usut, Batu Wolio ternyata bentuknya seperti kelamin pria!
"Dulu itu bentuknya seperti kelamin pria dan sangat mirip sekali. Kemudian para tokoh adat bersama pemuka agama serta Imam Masjid Agung Keraton Buton memotong batunya, agar tidak lagi terlihat seperti itu. Juga agar tidak menjadi kontroversial," papar Adam.
Konon kabarnya, terdapat alat khusus untuk memotong batu tersebut. Meski sudah dipotong, batunya tetap dijaga dan tetap disakralkan masyarakat Buton. Mereka pun percaya, pengunjung yang datang ke Buton tapi belum menyentuh batu ini, maka belum sah ke Buton.
"Baik Batu Popau dan Wolio adalah tempat yang sakral. Kalau punya pikiran macam-macam di sini bisa pingssan," kata Adam. (rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Viral Patung Dewi Kencana Ditolak Warga Bogor, Bakal Dibongkar!
Festival Songkran yang Kelabu, 243 Orang Tewas
Patung Rp 2,5 Miliar Jokowi di Karo Ternyata Belum Dibangun Juga