'Hijrah Cinta': Kejujuran Masa Lalu Sang Ustad Gaul

'Hijrah Cinta': Kejujuran Masa Lalu Sang Ustad Gaul

- detikHot
Kamis, 31 Jul 2014 11:00 WIB
Jakarta - Ustad Jeffri Al-Buchori atau biasa disapa Uje adalah salah seorang dai kondang yang begitu dikagumi oleh banyak orang. Ia tergolong masih muda, berparas cukup tampan, gaul, dan memiliki caranya sendiri yang cukup lain dalam berdakwah. Misalnya, di sela-sela dakwah ia sering melantunkan lagu-lagu religi dengan suaranya yang merdu. Berkat kelebihannya ini, tak heran bila ia amat dicintai oleh para jemaahnya.

Kematiannya yang tak terduga pada awal tahun lalu sangatlah memukul dan menghancurkan banyak hati, baik bagi orang-orang terdekatnya, juga jemaahnya di seluruh pelosok Nusantara. Pemberitaan mengenai kematiannya mendapatkan porsi yang sangat besar di media. Pelbagai liputan menyorot lebih dalam sosok Uje, menyingkap lika-liku masa lalunya yang "kelam", hingga pada akhirnya ia bertobat.

Melihat faktor ketenaran Uje, kisah hidupnya yang menarik, dan potensi calon penonton yang cukup besar, produser Raam Punjabi rupanya tertarik untuk mengangkat hikayat sang dai gaul ke layar lebar. Ini bukan kali pertama Raam Punjabi memproduksi film biopik. Tercatat pada 2010 ia pernah memproduseri 'Obama Anak Menteng' besutan John De Rantau, dan juga 'Soekarno' pada tahun lalu. 'Obama Anak Menteng' tampil buruk secara kualitas, seakan "main-main" saja. Baru lewat 'Soekarno' garapan Hanung Bramantyo, Raam Punjabi terlihat serius menangani film selama lebih dari 30 tahun ia berkiprah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Membuat film biopik yang mengisahkan tokoh-tokoh nyata memang bukanlah perkara mudah, perlu trik-trik tertentu untuk mewujudkannya jadi tontonan yang baik, satu di antaranya adalah pemilihan aktor yang tepat. Kita masih ingat dengan beberapa contoh sukses. Reza Rahadian yang berperan sebagai Habibie dalam 'Habibie & Ainun' (Faozan Rizal, 2012), di luar fisiknya baik rupa maupun perawakan yang tak mirip dengan Habibie, mampu memberikan penampilan yang baik berkat aktingnya yang luar biasa. Reza berhasil meluruhkan batas kepura-puraan dalam film, dan meyakinkan penonton bahwa dirinya memanglah sosok Habibie.

Sedangkan, Ario Bayu yang memerankan Bung Karno dalam 'Soekarno' (Hanung Bramantyo, 2013) masih mendapatkan kritik yang cukup tajam menyoal fisiknya yang tak mirip, juga kurangnya kharisma yang dimilikinya. Dahulu sekali, Christine Hakim pernah menjelma menjadi sosok Tjoet Nja Dhien dengan begitu sempurna, sangat dipuji, dan penampilannya sebagai sosok pahlawan nasional itu begitu mengesankan hingga hari ini. Lantas, bagaimana dengan 'Hijrah Cinta' debut sutradara Indra Gunawan ini? Dalam 'Hijrah Cinta' mendiang Uje seakan hidup kembali. Alfie Alfandi berhasil tampil memukau, tak hanya berkat parasnya yang mirip dengan Uje, namun juga suara dan gerak-geriknya pun serupa. Terlebih pada adegan ketika ia berdakwah, anda akan dibuat terlupa bahwa tokoh yang sedang Anda saksikan telah tiada.

Film ini berfokus pada masa-masa kelam saat Uje terjerumus dalam narkoba, jauh sebelum menjadi dai yang kita kenal lewat ceramah-ceramahnya di layar televisi. Diceritakan, Uje pada mulanya adalah bintang sinetron yang mungkin pada satu masa pernah kita saksikan "selewat" dalam sinetron 'Untukmu Segalanya', 'Saat Memberi Saat Menerima', 'Jin dan Jun', atau "Tersanjung 2". Berkiprah di dunia hiburan membuat Uje mengenal narkoba dan kemudian jadi pecandu berat, hingga pada akhirnya ia bertemu dengan Pipik (Revalina S. Temat, 'Perempuan Berkalung Sorban'), dan lambat laun berusaha untuk sembuh dari ketergantungannya.

Menarik sekali bahwa film tentang dai yang notabene adalah seorang penceramah, ternyata tidak terjebak dalam jejalan dialog-dialog yang "berceramah". Lebih dari separuh durasi film menceritakan soal ketergantungan Uje terhadap narkoba, bagaimana ia menghabiskan hari-harinya dengan teler, memeras uang kepada Pipik untuk teler, dan usaha-usaha Pipik untuk menyadarkannya. Sosok Pipik tak tampil bak ustadzah bermoral suci yang membawa Uje ke jalan yang benar dengan berkotbah mengutip ayat-ayat Al Quran. Pun Uje sendiri digambarkan secara gamblang bermoral bejat. Pada satu adegan Uje kedapatan tengah teler bersama temannya, Pipik kecewa dan marah lalu pergi meninggalkannya. Uje segera berlari menyusulnya, bukan untuk meminta maaf, tapi untuk memarahinya, "Mau apa lo? Ini gue!" bentaknya.

Hanung Bramantyo dan tim Dapur Film yang menulis skenario film ini layak diapresiasi. Hanung dan tim menyusun kisah hidup Uje ke dalam kronika yang jujur, berani, dan di sisi lain tak berusaha mengagungkan sosok Uje menjadi tokoh yang suci bersih tanpa cela. Film ini juga jadi awal yang manis bagi debut sutradara Indra Gunawan yang sebelumnya mengasisteni Hanung Bramantyo dalam sejumlah produksi Dapur Film.

Di luar kisahnya yang memikat, film ini amat asik ditonton tak lain tak bukan berkat penampilan gemilang dari Alfie Alfandi sebagai Uje. Kita sebelumnya mengenal Alfie sebagai Boim dalam 'Bangun Lagi Dong Lupus' (Benni Setiawan, 2013). Revalina S. Temat bermain sama baiknya sebagai Pipik, juga ada Epi Kusnandar ('Suami-suami Takut Istri the Movie') sebagai tukang ojek yang walaupun tampil sesaat, memberikan kesan mendalam lewat penampilan terbaiknya.

Lewat sosok Uje dalam 'Hijrah Cinta', kita tidak belajar soal tata cara menjadi manusia paling bermoral, atau pun soal syarat-syarat masuk surga seperti yang sering kita dengar di mimbar-mimbar mesjid. Dalam 'Hijrah Cinta', Uje tak menggurui jamaahnya dengan memberikan pedoman hidup tertentu. Uje, di atas mimbar, kerap hanya bercerita soal dirinya sendiri yang penuh dosa. Ia tak menyerukan semangat jihad untuk berperang melawan orang kafir, karena bagi Uje ada yang jauh lebih penting ketimbang itu. Khairunnaas anfa’uhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Shandy Gasela, pengamat perfilman Indonesia

(mmu/mmu)