Merobohkan Tembok

Minggu, 9 November 2014

Merobohkan Tembok

Baca: Kejadian 50:15-21

50:15 Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: "Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya."

50:16 Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: "Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan:

50:17 Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu." Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya.

50:18 Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: "Kami datang untuk menjadi budakmu."

50:19 Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?

50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

50:21 Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya.

Ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. —Kejadian 50:21

Merobohkan Tembok

Masa-masa setelah berakhirnya Perang Dunia II disebut sebagai masa Perang Dingin, dimana negara-negara saling melontarkan ancaman dan berebut kekuasaan. Tembok Berlin, yang dibangun pada bulan Agustus 1961, pernah berdiri selama hampir 3 dekade sebagai salah satu simbol yang paling kuat dari permusuhan yang membara. Kemudian, pada 9 November 1989, tersebar pengumuman bahwa warga Berlin Timur dapat menyeberang dengan bebas ke Berlin Barat. Seluruh tembok itu akhirnya dirobohkan pada tahun berikutnya.

Kisah Yusuf yang terkenal dalam Perjanjian Lama mengisahkan tentang seorang anak kesayangan yang dibenci oleh saudara-saudaranya (Kej. 37-50). Meski demikian, Yusuf menolak untuk mendirikan tembok kebencian yang memisahkan dirinya dengan saudara-saudaranya yang telah menjualnya sebagai budak. Ketika bertahun-tahun kemudian bencana kelaparan mempertemukan mereka, Yusuf memperlakukan saudara-saudaranya dengan kebaikan hati, dan mengatakan, “Kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, . . . Ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya” (50:20-21), dan sikapnya itu menolong memulihkan hubungan kedua belah pihak.

Hari ini, dua puluh lima tahun yang lalu, sebuah tembok penindas buatan manusia telah dirobohkan, sehingga kemerdekaan bisa dirasakan dan para anggota keluarga serta sahabat dapat bersatu kembali.

Jika kita telah mendirikan tembok kemarahan yang memisahkan kita dari sesama, Tuhan bersedia dan sanggup menolong kita untuk mulai merobohkannya hari ini. —DCM

Bapa Surgawi, selidikilah hatiku; nyatakan padaku di mana saja
aku telah mendirikan tembok dalam semua relasiku dengan sesama.
Tunjukkanlah kepadaku cara untuk mulai merobohkannya
agar terjalin kembali perdamaian dengan mereka.

Amarah akan mendirikan tembok; tetapi kasih akan merobohkannya.

Bagikan Konten Ini
3 replies
  1. chintia
    chintia says:

    saya sangat membenci mertua sy, karena mulutnya jahat. bagaimana cara sy merobohkn tembok kebencian itu? mohon doa dan sharing unt sy. thx 🙂

  2. WarungSateKamu
    WarungSateKamu says:

    @Chintia: Ya, kami berdoa untukmu. Anugerah Tuhan kiranya memampukan kita untuk mengasihi tidak hanya mereka yg baik pada kita tetapi juga mereka yang pernah menyakiti kita.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *