Entah mengeksplorasi dari alam, budaya atau cerita lain yang kental dengan budaya Papua. Lihat saja film 'Senandung di Atas Awan (Denias)' yang sukses besar di sejarah film Tanah Air.
Tapi sebatas penghargaan dari Festival Film Indonesia (FFI) dirasa masih belum cukup. Masih banyak yang dibutuhkan para sineas dari Papua.
Sebagai kota pesisir dan 'pintu' masuk ke Papua, Sorong melek dengan peradaban. Beberapa sudut kota pun dipenuhi tempat hiburan seperti mall, kafe hingga tempat karaoke.
Tapi tak terlihat satu pun gedung pertunjukkan film. Bagaimana bisa mengembangkan film lokal, jika mereka sendiri tak punya 'rumah' untuk menonton karya mereka?
Padahal animo besar penikmat film terasa besar, hal itu terlihat dari peserta yang ikut dalam sosialisasi Lembaga Sensor Film (LSF) tentang sensor mandiri. Para pemangku adat, lembaga pemerintah hingga civitas akademika seperti "excited" dengan sosialisasi itu.
Diskusi yang terjadi pun terasa sangat seru. Beberapa anak muda dan para tokoh Sorong, seperti punya niat yang sama yaitu lebih mengeskplor Sorong lewat dunia film.
Wakil Bupati Sorong, Suka Harjono pun berharap Sorong bisa punya gedung pertunjukan film lagi. Hal itu pun dirasakan bisa 'membangkitkan' industri film di Sorong.
(fk/mmu)