Sepenggal Ironi dari Pesisir Timur Indonesia

Sepenggal Ironi dari Pesisir Timur Indonesia

Fakhmi Kurniawan - detikHot
Kamis, 07 Apr 2016 16:15 WIB
Foto: Ari Saputra
Sorong - Indonesia bagian Timur khususnya Papua seperti tak pernah habis memancarkan keindahan budayanya. Dunia perfilman pun beberapa kali mencoba memanfaatkan hal itu.

Entah mengeksplorasi dari alam, budaya atau cerita lain yang kental dengan budaya Papua. Lihat saja film 'Senandung di Atas Awan (Denias)' yang sukses besar di sejarah film Tanah Air.

Tapi sebatas penghargaan dari Festival Film Indonesia (FFI) dirasa masih belum cukup. Masih banyak yang dibutuhkan para sineas dari Papua.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat detikHOT mendapatkan kesempatan berkunjung ke Sorong, Papua Barat, segala prasarana perfilman masih sangat minim. Padahal, Sorong menjadi kota yang cukup maju dibanding kota di Papua.

Sebagai kota pesisir dan 'pintu' masuk ke Papua, Sorong melek dengan peradaban. Beberapa sudut kota pun dipenuhi tempat hiburan seperti mall, kafe hingga tempat karaoke.

Tapi tak terlihat satu pun gedung pertunjukkan film. Bagaimana bisa mengembangkan film lokal, jika mereka sendiri tak punya 'rumah' untuk menonton karya mereka?

Padahal animo besar penikmat film terasa besar, hal itu terlihat dari peserta yang ikut dalam sosialisasi Lembaga Sensor Film (LSF) tentang sensor mandiri. Para pemangku adat, lembaga pemerintah hingga civitas akademika seperti "excited" dengan sosialisasi itu.

Diskusi yang terjadi pun terasa sangat seru. Beberapa anak muda dan para tokoh Sorong, seperti punya niat yang sama yaitu lebih mengeskplor Sorong lewat dunia film.

Wakil Bupati Sorong, Suka Harjono pun berharap Sorong bisa punya gedung pertunjukan film lagi. Hal itu pun dirasakan bisa 'membangkitkan' industri film di Sorong.

(fk/mmu)