Nostalgia White Shoes & The Couples Company dalam Gelaran 'Konser di Cikini'

Nostalgia White Shoes & The Couples Company dalam Gelaran 'Konser di Cikini'

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Kamis, 06 Agu 2015 06:55 WIB
Jakarta - Taman Ismail Marzuki, yang banyak disebut sebagai salah satu pusat berkumpulnya seniman terlihat lebih ramai dari biasanya, Rabu (5/8/2015) malam. Banyak muda-mudi hilir mudik.

Menariknya, suasana malam itu terasa sedikit 'tempoe doeloe'. Ada tema khusus pada busana anak-anak muda yang menjurus pada era 50-an. Setelah ditelusuri, ratusan orang itu ternyata ingin menyaksikan gelaran konser tunggal milik band Jakarta White Shoes & The Couples Company (WSATCC) bertajuk 'Konser di Cikini'.

Bertempat di Graha Bhakti Budaya (GBB), WSATCC tampil diiringi barisan alat tiup, mulai dari terumpet, trombone hingga saksofon. Tanpa basa-basi, konser nostalgia perayaan 13 tahun WSATCC dimulai seiring dimainkannya lagu 'Aksi Kucing'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami memilih Cikini karena kami terbentuk di sini 13 tahun lalu. Kami membuat lagu pertama di sini, tidur di sini, punya anak di sini, mungkin," sapa gitaris Saleh Husein dari atas panggung membuat riuh seluruh penonton yang memenuhi GBB.

Dengan panggung sederhana--tanpa kabinet sound system berlebihan, hanya dihiasi instalasi seni sebagai latar belakang--WSATCC menghentakkan 'Pelan Tapi Pasti', 'Senandung Maaf', 'Matahari', termasuk lagu daerah 'Te O Rendang O'.

Istirahat sejenak, para pria turun dari atas panggung. Giliran dua personel wanitanya, Sari dan Mela unjuk gigi. Vokalis dan pianis itu berduet memainkan gitar/vokal dan biola, lewat lagu daur ulang milik Velvet Underground.

"Maaf ya kalau salah-salah," ujar sang vokalis disambut tepuk tangan penonton. Tidak mau kalah, para pria, Ale, Rio, Ricky dan Jo juga tampil sendiri membawakan instrumental jazz.

Setelah tepuk tangan penonton menggema, WSATCC melantunkan 'Windu Defrina' dan 'Lembe-lembe'. Sekaligus pertanda kalau babak pertama 'Konser di Cikini' usai. Himbauan istirahat selama 15 menit dikumandangkan, barisan penonton berbaris rapi keluar untuk sekedar minum, makan, merokok dan bercengkrama membahas betapa hanyutnya mereka dalam repertoar konser.

Babak ke-2 dimulai dan jauh lebih menghebohkan. Jika tadi hanya dibantu enam pemain tiup, kini WSATCC naik panggung bersama mini orkestra di bagian belakang. Membuat GBB semakin riuh.

Tak lantas bernyanyi, WSATCC membuka penampilan lewat kabaret seorang karyawan yang sedang mengetik. Bunyi mesin tik itu dibalut harmoni senada dari mini orkestra dan langsung disambung 'Typewriter'.

Berturut-turut ratusan penonton dihibur lewat tembang 'Senja Menggila', 'Hacienda', 'Topstar', Sunday Memory Lane', Kampus Kemarau', 'Kisah Selatan Jakarta' dan 'Senja'. Lagu daerah dari album 'White Shoes & The Couples Company Menyanyikan Lagu2 Daerah' kembali berkumandang. Kali ini giliran 'Tjangkuriieung' dan 'Tam Tam Buku'.

Penonton sibuk bertepuk tangan. Membuat aksi vokalis Sari dan pesonel lainnya semakin menjadi-jadi. Mereka berdansa tanpa lelah tentu saja dengan gerakan-gerakan khas 'tempoe doeloe'.

Itulah kenapa 'Konser di Cikini' tak sebatas nostalgia perjalanan WSATCC. Tapi juga nostalgia suguhan konser bernuansa masa lalu yang kental. Mulai dari musik hingga kostum serempak mengingatkan masa muda para orang tua saat ini.

Sebelum turun panggung dihujani konfeti, WSATCC mempersembahkan 'Masa Remadja' untuk para penikmatnya.

(mif/wes)