Museumsuferfest Hari ke-1, dari Foto Bareng Gatotkaca hingga Dangdutan di Tepi Sungai Main

Laporan dari Frankfurt

Museumsuferfest Hari ke-1, dari Foto Bareng Gatotkaca hingga Dangdutan di Tepi Sungai Main

Is Mujiarso - detikHot
Sabtu, 29 Agu 2015 15:32 WIB
Robot di Museumsuferfest Hari ke-1 (Is Mujiarso/detikHOT)
Jakarta - Dua sosok robot berjalan tertatih-tatih di tepi Sungai Main, Frankfurt, Jerman pada Jumat (28/8) sejak hari masih siang. Bagi orang Indonesia, cukup mudah untuk mengenali sosok berwarna hitam dan putih itu masing-masing adalah karakter Gatotkaca dan Hanoman. Tapi, bagi warga Frankfurt, tentu saja penampakan tersebut sungguh asing.

Dua robot dari dunia pewayangan itu menarik perhatian di depan panggung Indonesia di Museumsuferfest 2015 yang akan digelar hingga Minggu (30/8/2015). Indonesia menjadi official theme country di pesta rakyat tahunan terbesar bagi warga Jerman dan sekitarnya di seluruh Eropa tersebut. Setiap tahunnya, acara tersebut menyedot tak kurang dari 2 juta pengunjung dalam tiga hari penyelenggarannya.

Robot Gatotkaca dan Hanoman dibawa oleh Wahyu Aditya dari HelloFest, yang juga membuka tenda ‘Indonesia Motion Picture Arts’ selama festival berlangsung. Banyak anak-anak hingga orang dewasa yang berfoto bersama dengan ikon superhero dari Indonesia tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjelang sore, perhatian pengunjung festival pun beralih ke panggung Indonesia yang menjadi pusat perhelatan tersebut. Djaduk Ferianto dan grup musik Kua Etnika membuka dengan komposisi kolaborasi yang sambung-menyambung bersama gandrung Banyuwangi, Dwiki Dharmawan, Dira Sugandi, Mian Tiara dan Bonita.

Tak ketinggalan, aksi barong Osing dengan musik terbangan yang rancak dan meriah ikut meramaikan acara. Bahkan, Walikota Frankfurt Peter Feldmann dan Dubes RI di Jerman Fauzi Bowo yang membuka acara tersebut ikut bergoyang di atas panggung.

Setelah aksi pembuka tersebut, berturut-turut mengisi panggung Indonesia adalah Bonita and the Hus Band, Dwiki Dharmawan and Friends, duo Mian Tiara dan pianis Sri Hanuraga. Malam pun terasa merambat dengan cepat. Pengunjung terus mengalir dan semakin membludak. Sebagian di antara mereka duduk-duduk di tepi sungai sambil menikmati aneka makanan dan minuman dari berbagai negara.

Sebagian lagi berjoged di depan panggung-panggung musik yang ada. Pada pukul 22.00 giliran musik dangdut yang diusung oleh Orkes Melayu Banter Banget mengisi panggung Indonesia. Sesosok vokalis yang menutupi wajahnya dengan topeng naik ke panggung bersama dua vokalis cewek berpenampilan seksi.

Tanpa banyak basa-basi lagi ‘Mari Berjoget’ pun mengalun dan langsung memanaskan suasana. Depan panggung penuh orang berjoged seiring dengan lagu demi lagu yang dimainkan. Lagu-lagu dangdut klasik seperti ‘Laksmana Raja di Laut’ hingga ‘Penasaran’ benar-benar membuai para pengunjung. Warga Frankfurt dan orang-orang Indonesia yang tinggal atau sekolah di Jerman bersatu dalam alunan irama dangdut.

“Ya itulah seni. Saya kalau bercanda suka bilang begini: sekarang ini nggak ada lagi yang bisa dipercaya kecuali musik. Ini diplomasi budaya, juga peristiwa teater, di mana penonton juga ikut terlibat memberikan energi bagi penampil di atas panggung,” ujar si vokalis bertopeng saat ditemui usai acara, yang tak lain adalah….(lagi-lagi) Djaduk Ferianto!

(mmu/ron)