9 Kerbau bule pimpin kirab 1 Suro di Keraton Surakarta
Merdeka.com - Kirab malam 1 Suro di Keraton Kasunanan Surokarta Hadiningrat, Sabtu (25/10) dini hari berlangsung meriah. Ratusan ribu warga dari berbagai daerah menyebar di sejumlah titik yang dilalui kirab pusaka peninggalan dinasti Mataram tersebut. Antara lain di depan keraton atau Kori Kamandungan, Gladag, Baturono, Gading, Gemblegan serta sepanjang rute yang dilalui.
Kirab dimulai pukul 00.12 WIB dipimpin oleh 9 kerbau bule keturunan Kerbau Kiai Slamet sebagai cucuk lampah. Di belakangnya adalah 11 pusaka milik keraton, serta kerabat, sentono serta para abdi dalem. Kirab ini, juga untuk menyambut tahun baru dalam penanggalan Jawa yang disebut 'Tahun Sultan Agungan' yang jatuh pada 1 Suro 1948 atau 25 Oktober 2014.
Sebelum kirab dimulai, sejumlah kerbau bule 'ngambek' tak mau jalan. Menurut pawang, kerbau tersebut kaget dan takut dengan kerumunan massa. Namun tak lama kemudian mereka mau memimpin kirab. Kirab mengambil rute Kori Kamandungan (depan keraton), Alun-alun Utara, Gladag, Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi dan kembali ke keraton.
Wakil Pengageng Sasono Wilopo Keraton Solo, Kanjeng Pangeran (KP) Winarno mengatakan, dalam kirab tersebut seluruh peserta memang dilarang berbicara atau melakukan tapa bisu. Mereka diminta untuk berdoa dan melakukan introspeksi diri selama perjalanan.
"Tidak semua ikut kirab, sebagian kerabat dan abdi dalem tetap tinggal di keraton untuk melakukan salat hajat dan wiridan semalam suntuk," kata Winarno.
Sebelum kirab mulai, pukul 21.00 WIB diadakan acara 'dhukutan' atau tahlilan. Keraton juga mengadakan ruwatan dengan lakon Murwakala, yang dibawakan dalang keraton nyai KMAT Rum Anjang Mas Kenya Warsito.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
1.000 tumpeng dibawa ke Sriwedari untuk diserahkan Pemkot Solo. Usai didoakan para ulama keraton, tumpeng dibagikan ke masyarakat.
Baca SelengkapnyaTak hanya berdiri sebagai sebuah bangunan lawas, lokasi ini juga menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah barat Pulau Jawa itu.
Baca SelengkapnyaHingga kini, makamnya selalu bersih dan rapi karena banyak diziarahi warga lokal
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Untuk memudahkan koordniasi, Giyatono membuat paguyuban pembuat keris. Paguyuban itu telah terdaftar sebagai salah satu kluster BRI
Baca SelengkapnyaWajib dicicipi saat mampir Cirebon dan lihat cara memasaknya yang unik
Baca SelengkapnyaSelain sebagai hiburan, menyaksikan keseruan kerbau beradu kecepatan, kultur ini juga sebagai simbol rasa syukur dan doa para petani,
Baca SelengkapnyaRibuan orang hadir di Alun Alun Kota Surakarta Kecamatan Pasar Kliwon, Jawa Tengah (4/1)
Baca SelengkapnyaSaat pembangunan waduk terjadi sebuah insiden jebolnya tanggul pembantu yang memakan korban hingga 127 orang.
Baca SelengkapnyaDimakan usia, Ndalem Sasono Mulyo Keraton Surakarta nyaris roboh
Baca Selengkapnya